Kamis, 01 Desember 2016

Jadwal Memerah ASI ala Mama Ve

Buat Ibu bekerja macam saya, memerah ASI merupakan sebuah keharusan. Sering kali menjemukan dan melelahkan namun harus dilakukan demi hasil yang terbaik bagi si kecil.

Saya sudah mulai memerah ASI sejak Ve berusia kurang dari 1 (satu) bulan, namun belum rutin, sesempatnya saja. Hanya untuk mulai membiasakan Ve minum ASIP (ASI Perah). Rutinitas yang sesungguhnya saya mulai saat Ve berusia 1 bulan. Saya memerah setiap pagi. Sebisa mungkin dimulai jam 5 pagi saat Ve belum bangun dan jumlah ASI saya sangat melimpah ruah karena belum dihisap semalaman. Hasilnya, saat kembali bekerja, stok ASIP di freezer ada sekitar 65 botol ex UC.

Berdasarkan sumber-sumber di internet, waktu memerah ASI yang disarankan adalah setiap 2-3 jam sekali. Pada kenyataannya, sebagai praktisi perah (halah!) hal ini sangat sulit untuk dilakukan. apalagi hasil perahan sesi pertama di kantor hanya sedikit. Dalam 1 kali sesi hanya mendapat kurang dari 1 botol ex UC. Selain itu waktu yang dibutuhkan untuk memerah juga tidak sedikit. Mencuci, steril, pakai memakan total waktu setidaknya 45 menit. Kan tidak enak juga ya kalau kita ambil waktu 3x45 menit. Bisa-bisa pekerjaan saya tidak selesai. Akhirnya saya menyerah!

Pada akhirnya, rutinitas memerah yang saya lakukan adalah seperti ini:
04.30-05.15: Memerah ASIP untuk diminum Ve di sebelum jam 11.00
05.45-06.15: Menyusui Ve secara langsung
11.00-11.45: Memerah sesi 1 di kantor
15.30-16.15: Memerah sesi 2 di kantor
20.00 dst.    : Menyusui Ve secara langsung

Pada hari kerja, biasanya saya menyusui secara langsung sebanyak 3-4 kali dalam sehari dan konsumsi ASIP Baby Ve selama saya bekerja adalah 3-6 botol ex UC per hari.

Selama memerah di kantor, sampai dengan usia Ve 6 bulan, saya bisa mendapat ASI sebanyak 3-3,5 botol ex UC (@120 ml), sedangkan setelah MPASI saya mendapat 2,5-3,5 botol ex UC. Begitu saya mendapatkan haid pertama saya setelah melahirkan pada pertegahan September, jumlahnya kembali menyusut menjadi 2-3 botol ex UC per hari.

Sedangkan hasil perahan saya saat subuh awalnya saya mendapat 2 botol ex UC per hari (sengaja saya batasi hanya 2 botol karena Baby Ve masih akan menyusu langsung), dan sekarang antara 1-2 botol ex. UC, tergantung jam terakhir Ve minum langsung dari payudara saya.


Selama 3 (tiga) bulan dari pertengahan Mei-Juli 2016 saya mendonorkan sebagian ASI saya untuk Baby Gili, anak dari salah satu rekan kerja saya. Saat itu ASI mamanya sudah tidak keluar karena sejak berusia 3 bulanan Baby Gili bingung puting, tidak mau lagi minum langsung dari payudara mamanya. Akibatnya produksi ASI mamanya pun menurun drastis, diikuti siklus menstruasi yang menyakitkan sebagai penyesuaian pemasangan spiral bahkan pernah prosuksinya hanya 20 ml dalam sehari.

Akhirnya walaupun masih ingin memeberi ASI, Mama Gili menyerah dan memberikan susu formula tepat di usia 6 (enam) bulan.Mekanismenya, setiap hari Senin, Rabu dan Jumat, ASIP yang saya dapat akan dibawa pulang oleh Mama Gili sedangkan hasil perah hari Selasa, Kamis dan Sabtu saya bawa pulang. Memang Baby Gili hanya dapat minum 1-2 botol ASIP sehari, namun cukup lumayan dibanding tidak minum ASI sama sekali.

Kami memang tidak melakukan screening seperti yang seharusnya dilakukan dalam pendonoran ASI, ini tidak patut ditiru sebenarnya. Kami harap niat baik kami tidak mengakibatkan efek yang buruk pada Baby Gili.

Sekarang di usia Baby Ve yang hampir 11 bulan, stok ASI di freezer ada 11 botol UC. Hahahaaa.... sudah bikin saya kebat-kebit.

Saya rasa sudah waktunya saya kembali melakukan power pumping. Terakhir kali (pertama kali) saya melakukan power pumping, jumlah ASI perahan saya berhasil meningat sekitar 20-40%. Jadi walaupun power pumping ini lebih melelahkan dan memakan banyak waktu, rasanya patut dicoba kembali.
Kali ini akan ditambah konsumsi ASI booster favorit saya: Almond! Semoga pesanan Almond saya segera datang... ^_^



Tidak ada komentar:

Posting Komentar