Senin, 30 Juni 2014

Part 1:Kehamilan dengan Kista-Ouch!

Jujur yah, waktu tau kalo hamil hal pertama yang terpikir adalah duh, nanti biaya melahirkan gimana yah? Butuh uang berapa yah? Bisa lahiran normal ga yah? Kalo harus caesar gimana dong ini???

Maklum yah, sebenernya kehamilan ini belum masuk dalam rencana anggaran walaupun ini merupakan kehamilan pertama dalam pernikahan kami yang menginjak bulan ke 10. Sesuai dengan impian sebenarnya hamil setelah menginjak bulan ke 6 tetapi sebelum 1 tahun... :D. Dan sayangnya tidak di-cover juga oleh perusahaan tempat saya dan suami bekerja. Maaf yah nak, perencanaan keuangan papa mama mu ini kurang baik...

Akhirnya demi menekan biaya persalinan, pergilah kami ke bidan untuk memeriksakan kehamilan. Alasannya biaya melahirkan yang relatif murah dan biasanya bidan memiliki "Paket Bidan" pada Rumah Sakit (RS) rujukannya untuk kelahiran yang terpaksa dilakukan secara Caesar. Menurut teman yang pernah menggunakan fasilitas Paket Bidan ini, potongan harga yang diberikan hampir mencapai 50% dari total biaya. *tersenyum lebar*

Kehamilan saya hampir memasuki minggu ke-7 (tujuh) ketika memeriksakan diri ke Bidan Sri Mohadi pada hari Senin, 17 Maret 2014. Namun setelah Ibu Bidan melakukan pemeriksaan, ditemukan adanya pembesaran yang belum waktunya pada perut sebelah kanan saya. Menurut Ibu Bidan kemungkinan pembesaran tersebut adalah kista dan untuk memastikan hal itu perlu dilakukan pemeriksaan dengan USG. Jadwal pemeriksaan dengan USG di Bidan Sri adalah setiap hari Sabtu dengan biaya Rp. 130.000,-. Sedangkan biaya pemeriksaan Bidan pada hari Senin itu adalah Rp. 25.000,-. Baiklah kami pun menunggu.

Pada hari Jumat, 21 Maret 2014 kadar gula papa saya drop sehingga tidak sadarkan diri. Kami pun membawa papa ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) RSUD (Rumah Sakit Umum Daerah) Pasar Rebo. Saat itu hari masih gelap, belum jam 6 pagi. Setelah kondisi papa lebih baik, pada jam 8.30 saya dan suami pun minta izin untuk memeriksakan diri ke dokter kandungan.

Sesuai dengan prediksi Ibu Bidan, Dr. Iwan Satygraha Suprapto, SpOG menunjukkan pada saya dan suami kista yang bersarang di bagian kanan perut saya. Ukurannya termasuk kategori besar di atas 5 cm, tepatnya 9,8 cm. Jenisnya kista coklat-endometriosis. Dokter Iwan mengatakan kondisi ini harus diobservasi, jika mengganggu janin perlu dioperasi. Risiko dari kondisi ini adalah jika kista terpuntir atau pecah maka dapat mengakibatkan kematian pada Ibu. Waks! Panik!

Dokter Iwan pun memberikan kartu namanya, jika kista terpuntir harus segera dibawa ke IGD, jangan coba-coba ditangani sendiri karena bisa memperparah keadaan. Selain itu disarankan juga agar tidak melahirkan di Bidan karena dikuatirkan jika bidan tidak memahami kondisi ini dan melakukan penekanan pada kista justru akan membuat kista pecah. Fiuh... Agak syok tapi berusaha tenang.
Oh iya, janin dalam kondisi sehat, usia kandungan sesuai dengan perhitungan HPHT (Hari Pertama Haid Terakhir) yaitu 7 minggu. Biaya pendaftaran dan dokter Rp. 45.000,- sedangkan total biaya pemeriksaan dan USG Rp. 190.000,-.

Bulan berikutnya, tepatnya pada hari Sabtu, 19 April 2014 kami melakukan kontrol ke Bidan Sri sekaligus untuk USG. Kami tidak tahu nama dokter yang melakukan USG tersebut. Menurut hasil USG, diameter kista saya 9,27 cm dan menurut bapak dokter di RSCM kalau mau mencoba melahirkan normal kista harus diangkat ketika usia kandungan antara 14-20 minggu atau bisa diangkat ketika melahirkan sekaligus saat operasi Caesar. Pada usia 11 minggu bayi kami dalam kondisi sehat :D

Hmm.... Saya pun berdiskusi dengan suami saya. Dokter bilang kalau mau mencoba normal-berarti tetap ada kemungkinan saya harus melahirkan dengan operasi Caesar. Daripada harus operasi 2x saya pikir lebih baik sekalian ketika melahirkan saja dengan operasi Caesar. Pertimbangannya kembali ke persoalan awal: biaya!

Saat usia kandungan 14 minggu (Rabu, 7 Mei 2014) saya kembali memeriksakan diri, kali ini ke RSUD Pasar Rebo lagi. Alasan sebenarnya memeriksakan kandungan lebih awal adalah karena saya dan suami akan pergi liburan ke Bali pada hari Minggu, 11 Mei 2014. Kami ingin memastikan bahwa kondisi saya dan kandungan memang dalam kondisi yang memungkinkan untuk melakukan penerbangan. Sesuai dengan rekomendasi sepupu suami, saya ingin berkonsultasi pada dokter Syarif namun ternyata dokter yang saat itu bertugas adalah Dr. Budhi Samodra, SpOG.

Seperti biasa pemeriksaan pun dilakukan dengan USG. Dahi bapak dokter berkerut melihat ukuran kista saya, "Besar ini kistanya... Bisa terpuntir... Bayinya masih kecil banget nih..." Ketika diukur diameter kista kembali berkurang menjadi 8,xx cm namun pak dokter memberikan harga mati bahwa saya harus melakukan operasi pengangkatan kista. *waduh*

Pak dokter berpendapat bahwa ukuran kista terlalu besar untuk dipertahankan sampai bayi lahir. Ia kuatir kista terpuntir atau pecah. Saya mencoba menyanggah, "Tapi kan dok, ukuran kistanya sudah berkurang dari ukuran awalnya yang 9,8 cm sekarang jadi 8,xx cm..."
"Iya.." jawab Dr. Budhi, "tapi posisi kista itu kan tertekan di dalam rongga perut, jadi pengukuran dengan USG hasilnya bisa lebih kecil. Menurut perhitungan saya, ukuran sebenarnya bisa 9-10an cm."
*duh... speechless*

Dokter Budhi langsung mengerjakan form permintaan operasi dan saya diminta melakukan konsultasi ke Anestesi. Saya pun menyelesaikan administrasi dan menandatangani form operasi. Operasi dijadwalkan pada hari Rabu, 28 Mei 2014. Tepat pada usia kandungan 17 minggu.

Panik!
Saya segera menghubungi teman-teman yang memiliki link pada dokter-dokter kandungan. Saya harus mencari pendapat dokter lain. Pikiran saya berkecamuk. Saya ga mau operasi. Takut! Jangankan operasi pengangkatan kista, membayangkan kalau saya harus operasi Caesar saja saya takut...

Teman-teman saya memberikan respon yang baik. Memberikan rekomendasi nama dokter dan Rumah Sakit tempat prakteknya dan... Saya pun bingung... bimbang....

Sekitar 2 (dua) hari berjuang mendapatkan informasi kemana saya harus mendapatkan 2nd atau 3rd opinion, saya lelah, saya pun memutuskan untuk memberi diri saya waktu untuk tenang. Tidak memikirkan soal kista dan operasi. Malam itu saya tidur.

Keesokan harinya dalam perjalanan ke kantor saya berkata pada suami saya, "Sayang... Aku udah mikir... Yaudah lah kalo emang operasi ya operasi aja... Lagian kan mau urus BPJS Kesehatan, udah ga mikirin biayanya..."
Suami saya hanya diam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar