Jumat, 25 November 2016

Dan Baby Ve pun Menginap di Rumah Sakit

Setelah 3 (tiga) kali muntah dan 3 kali mencret pada hari Jumat, 18 November 2016, Baby Ve tidak tertarik untuk menyusu langsung pada saya. Baiklah tidak apa-apa.
Ketika pada hari Sabtu, 19 November 2016 jam 3 pagi Baby Ve terbangun dari tidurnya, saya pikir dia mau menyusu. Saya sodori payudara saya, tapi dia justru tampak mual dan hoek katanya. Dengan sigap saya memindahkan Baby Ve ke pinggir tempat tidur dan memposisikannya agar dapat muntah.

Entah ada yang keluar dari perutnya atau tidak. Saya belum menyalakan lampu saat itu. Akhirnya kami (saya dan Uti) mengalihkan perhatiannya dengan bermain. Namun tak berapa lama Baby Ve kembali menunjukkan reaksi mual. Kembali saya memposisikannya ke pinggir tempat tidur. Kembali saya tidak tahu adakah yang keluar dari reaksi muntahnya kali ini.

Lampu kamar kami nyalakan. Ternyata ada sedikit isi perut Baby Ve di tempat saya memposisikannya untuk muntah. Uti kembali mengajaknya bermain agar ia merasa lebih baik sementara saya memerah ASI di ruangan lain karena ia masih belum mau menyusu. Setelah selesai dan mendengarnya mulai mengoceh, saya pun kembali menawari Baby Ve untuk menyusu pada payudara yang belum saya perah. Ia menyusu cukup banyak, namun tiba-tiba ia berhenti menyusu, dan tidak berapa lama kemudian ia kembali muntah. Kali ini ASI yang baru saja diminumnya.

Setelah membersihkan bekas muntahan, mungkin karena lelah Baby Ve tertidur dengan sendirinya. Saya berharap ketika bangun nanti kondisi baby Ve membaik.

Ternyata harapan saya hanya tinggal harapan. Walaupun Baby Ve masih tetap aktif namun di pagi itu Baby Ve kembali muntah, bahkan sampai 3 kali buang mencret, 2 (dua) diantaranya bahkan berbentuk cairan. Saat kami mencoba memberinya makan ia malah mual dan muntah. Ketika kami berangat menuju Rumah Sakit jam setengah 12, Ve sudah 5 (lima) kali muntah. Di dalam kendaraan Ve kembali muntah (maafkan Bapak Uber) dan saat menunggu antrian dokter, Ve kembali buang air besar.

Tibalah Nama Baby Ve dipanggil Tante Perawat, kami bertemu dengan dr. Yuni Kurnia Sp.A di RS Meilia Cibubur dan setelah dilakukan pemeriksaan dr. Yuni merekomendasikan agar Baby Ve rawat inap di RS karena sudah mengalami dehidrasi, buktinya adalah dari ubun-ubun Baby Ve yang menjadi cekung. Bisa rawat jalan, tetapi pertanyaannya bisakah kami membuatnya ter-rehidrasi dengan memasukkan banyak cairan ke tubuhnya? Saya ragu! Selama ini Baby Ve bukan bayi yang doyan minum air putih, dibandingkan ASI, jumlah air putih yang diminumnya sangat sedikit.

Baiklah Nak, demi kebaikanmu ya... Untuk sementara waktu kita belum bisa pulang ke rumah...

Kami pun turun untuk mengurus pendaftaran rawat inap. Beruntung kantor suami masih memberikan asuransi kesehatan yang berlaku juga untuk anak. Meskipun nilai limitnya hanya Rp. 250.000,- per malam tapi sungguh membuat tenang masalah biaya. Karena biaya di kelas 2 (berisi 3 tempat tidur) Rp. 350.000,- per malam akhirnya kami mengambil kamar kelas 3 (berisi 4 tempat tidur) yang biayanya Rp. 165.000,- per malam.

Hahaha... Saya pelit yah... Bukannya kenapa-kenapa, biaya rawat inap kan tidak sekedar biaya per malam saja, kami yang menunggu pun harus makan, dan mungkin ada biaya-biaya yang tidak masuk dalam cover pertanggungan. Selain itu saya ingat, RS ini tingkat kepadatannya sedang, jadi saya berharap kamar di kelas 3 tidak terisi semua tempat tidurnya sehingga kami cukup leluasa saat menunggui Baby Ve.

Selesai mengurus pendaftaran rawat inap kami kembali ke lantai 2 RS untuk pemasangan infus sebelum masuk ke kamar. Baby Ve sedang menyusu sehingga saya harus sedikit melakukan atraksi untuk mendapatkan posisi yang pas untuk pemasangan infus. Saya harus mendekap tubuh Baby Ve dengan kaki saya di atas kakinya. Menahan agar tidak bergerak saat pemasangann infus. Tangis Baby Ve pecah bahkan sebelum jarum infus menyentuh kulitnya, kakinya pun sempat lolos dari dekapan kaki saya. Pemasangan infus ini diikuti dengan pengambilan darah untuk cek laboratorium.

Selesai pemasangan infus, Baby Ve yang kembali menyusu saya pangku di kursi roda menuju kamar perawatan. Mungkin karena takut, saat kursi mulai di dorong Baby Ve kembali menangis. Sekarang saya mengetahui perasaan ibu yang anaknya menangis saat akan dibawa menuju ruangan rawat inap: saya tidak peduli tuh, saya tidak malu atau merasa risih, saya hanya fokus untuk membuat anak saya merasa nyaman.

Ternyata harapan saya terkabul. Saat kami masuk kamar sekitar jam setengah 2 siang masih ada 1 (satu) tempat tidur yang tidak terisi itu pun akan segera berkurang karena salah satu pasien sudah diperbolehkan pulang, hanya menunggu penyelesaian administrasi pembayaran.
Malam itu kamar kelas 3 hanya terisi 2 pasien ^_^ Bayar kelas 3 rasa kelas 1 ini... hehehehee....